Gus Yahya Jelaskan Makna Baiat Jam’iyyah Nahdlatul Ulama

4

Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menjelaskan secara detail makna dari baiat Jam’iyyah Nahdlatul Ulama yang diucapkan oleh kader dan pengurus NU. Menurutnya baiat yang sudah diucapkan memiliki konsekuensi logis kepatuhan terhadap ulama (pemimpin) Ahlussunah wal Jama’ah (Aswaja). Yang dimaksud ulama Aswaja di dalam baiat NU adalah para ulama Aswaja pemimpin NU dalam hal ini adalah Rais ‘Aam PBNU. Sehingga kader dan pengurus NU tidak dibenarkan menentang keputusan arah perjuangan dari Rais ‘Aam PBNU. Hal itu disampaikannya saat memberikan arahan dalam agenda Pelantikan dan Musyawarah Kerja Wilayah (Muskerwil) PWNU Maluku, yang dilangsungkan di Hotel Natsepa, Kab. Maluku Tengah, pada Kamis (3/10/24). Pelantikan tersebut mengusung tema “Membangun Komitmen Keislaman dan Kebangsaan di Maluku untuk Indonesia Maju”. Gus Yahya juga berpesan kepada para pengurus yang baru saja dilantik untuk tetap menjaga komitmen menjalankan organisasi sesuai dengan aturan yang berlaku serta memegang teguh prinsip koherensi organisasi sebagaimana baiat yang sudah diucapkan. Hadir dalam kegiatan itu Katib ‘Aam PBNU KH Ahmad Said Asrori, Wakil Ketua Umum PBNU KH Zulfi Mustofa dan KH Amin Said Husni, Ketua PBNU KH Agus Zainal Arifin, Sekjen PBNU H. Syaifullah Yusuf, Wasekjen PBNU Mas’ud Sholeh, Faesal Saimima serta Silahudin Wahid. Pengambilan baiat (sumpah) dipimpin oleh Katib ‘Aam PBNU KH Ahmad Said Asrori yang didahului oleh pembacaan Surat Keputusan (SK) oleh Sekretaris Jenderal PBNU H Syaifullah Yusuf.