Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menekankan pentingnya konstruksi berfikir (nalar) Nahdlatul Ulama (NU) untuk melalui abad keduanya, sekaligus dalam rangka merespon tantangan kontemporer. Hal itu disampaikannya, saat memberikan arahan dalam Sidang Pleno I, Kongres ke-XVIII Muslimat NU yang dilangsungkan di Asrama Haji Sukalilo, Surabaya pada 11-16 Februari 2025.
Lebih lanjut, Gus Yahya menegaskan bahwa saat ini diperlukan tiga nalar NU yaitu, pertama, nalar hakikat yaitu tentang esensi didirikannya NU yang tersambung dengan nalar kedua tentang tujuannya berdirinya NU (berikut peran maupun perjalanannya, red) serta terakhir nalar demografi.
Terkait nalar demografi, Gus Yahya menjelaskan, bahwa untuk mengelola kapasitas NU secara jami’iyah yang potensinya teramat besar, diperlukan pendekatan tehnokratik. Hal itu tidak lain, untuk memperluas jangkauan kemaslahatan, tidak hanya bagi warga NU semata, tetapi juga untuk seluruh masyarakat dunia.
Turut hadir di kesempatan itu, Bendahara Umum PBNU Gus Gudfan Arif, Ketua PBNU KH Miftah Faqih, Ketua Umum PP Muslimat NU masa khidmat 2020-2025 Khofifah Indar Parawansa, Sekum PP Muslimat NU Arifatul Choiri Fauzi, Ketua PP Muslimat NU Yenny Wahid. Kongres itu juga dihadiri oleh 38 PW Muslimat NU dari seluruh Indonesia, sejumlah PC Muslimat NU dan PCI Muslimat NU dari sejumlah negara.