Perserikatan Bangsa-Bansa (PBB) dibentuk sebagai institusi yang mampu menjadi perekat dan juru damai bagi dunia internasional. Mengingat sebelum dibentuknya PBB, perdaban umat manusia masih diukur bedasarkan kekuatan antar negara. Sehingga pasca perang dunia ke-2, PBB secara resmi didirikan dan diangkat 5 negara adidaya pemenang perang dunia ke-2 sebagai Dewan Keamana Tetap.
Namun faktanya, alih-alih menjadi juru damai kehidupan antar negara, PBB sering kali dijadikan alat oleh negara-negara adikuasa untuk mengendalikan negara-negara kecil dengan kekuatannya.
Hal itu disampaikan Ketua Umum PBNU KH. Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) saat menjadi narasumber Halaqah Fikih Peradaban dengan tema “Ijtihad Ulama Nahdlatul Ulama dalam Bidang Sosial-Politik”. Kegiatan yang dihadiri sejumlah tokoh dan pemikir NU dari berbagai kalangan digelar Ponpes Liroyo, Kediri, Jawa Timur, pada Kamis (28/12/23).
Kondisi PBB yang melatar belakangi Ketua Umum PBNU KH. Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menggagas serial Halaqah Fikih Peradaban di ratusan pesantren yang ada di Indonesia. Halaqah Fikih Peradaban menjadi ajang dalam menggali wacana Fikih modern untuk ditawarkan kepada dunia internasional bahwa agama adalah sumber perdamaian.