Pengembangan wawasan dan transformasi internal organisasi Nahdlatul Ulama telah dirintis sejak era kepemimpinan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Sehingga pada era tersebut sudah banyak model dan mekanisme kelembagaan yang baru yang perlu disempurnakan saat ini.
Saat ini NU memiliki kapasitas yang cukup untuk memperluas wawasan yang dibutuhkan tidak hanya dikalangan Nahdliyin saja, melainkan untuk diperkenalkan kepada masyarakat global.
Hal itu disampaikan Gus Yahya saat menjadi pembicara kunci dalam Halaqah Nasional Strategi Peradaban Nahdlatul Ulama, di Pesantren Al Munawir, Krapyak Yogyakarta, pada Senin (29/1/24).
Gus Yahya melanjutkan, jika saat ini yang mendominasi peradaban dunia adalah barat, karena memang cara pandang dari dunia barat sangatlah dominan. Maka tugas kita untuk membangun peradaban ialah dengan mensinergiskan antara idelaisme keagamaan dan idelaisme sosial politik.
NU yang memiliki idealisme keagamaan khas Ahlus Sunah wal Jama’ah dengan kerangka operasional yang sangat lugas dan jelas sangatlah sinergi dengan idealisme politik Indonesia yang dirumuskan oleh para pendiri bangsa yang tertuang dalam Pancasila dan UUD 1945. Peradaban yang dicita-citakan oleh para pendiri bangsa Indonesia adalah peradaban yang berprikemanusiaan dan prikeadilan.
Dengan visi peradaban yang sedemikain besar, maka NU harus menjadi komponen yang menjalankan misi peradaban tersebut dengan idealisme keagamaan yang dimilikinya dengan membangun satu otoritas keagamaan yang kokoh.