Duta Besar Palestina untuk Indonesia, Zuhair Al-Shun, menyambangi Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) di kantor PBNU di Jl. Kramat No.164 Jakarta Pusat pada Jumat, 6 Desember 2024. Dalam kunjungannya, Zuhair mengucapkan terima kasih atas peran maupun dukungan PBNU dan pemerintah Indonesia terhadap kedaulatan dan kemerdekaan rakyat Palestina. Tampak hadir membersamai Gus Yahya, jajaran ketua PBNU antara lain, KH. Ulil Abshar Abdalla dan Choirul Saleh Saleh Rasyid. Turut hadir pula jajaran wasekjen PBNU antara lain, Prof. Sidratun Naim, dan Ahmad Ginanjar Sya’ban.
Pilpres dan Pilkada Telah Usai, Saatnya Kita Kembali Bekerja Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) mengatakan bahwa baiat merupakan bentuk validasi dari sebuah organisasi. Hal itu disampaikannya saat memberikan sambutan dalam Pelantikan PWNU Jawa Timur, yang dilangsungkan di Pesantren Tebuireng Jombang, pada Sabtu, (30/11/24). Gus Yahya menegaskan bahwa pengurus NU adalah orang-orang yang dibaiat dan jika ada orang yang mengaku NU tapi tidak hadir dalam baiat, maka dipastikan pengakuannya palsu. Dalam kesempatan itu, dirinya juga menyinggung tentang visi konsolidasi nasional yang tengah diupayakan oleh Presiden Prabowo. Yang mana hal tersebut juga tengah dilakukan oleh PBNU dalam menghadapi tantangan masa depan.
Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) mengungkapkan agama menjadi salah satu sebab terjadinya konflik. Hal itu disampaikan oleh Gus Yahya dalam Diskusi Panel bertajuk “Humanitarian Islam dan Pendekatan Agama Terhadap Perdamaian di Timur Tengah” yang digelar di Lt. 8 Gedung PBNU, Jl. Kramat Raya No. 164, Jakarta, pada Jum’at, (22/11/24). Menurutnya bahwa berbagai konflik yang terjadi dalam rentang sejarah peradaban manusia dilandasi salah satunya oleh agama. Mengingat dalam semua agama terdapat ajaran yang membolehkan untuk berkonflik dalam situasi dan kondisi tertentu yang disalah fahami oleh sebagian kelompok umat beragama. Gus Yahya melanjutkan bahwa salah satu upaya untuk menghentikan atau setidaknya meminimalisir konflik adalah dengan adanya sebuah kesepakatan yang dilakukan oleh semua kelompok di berbagai belahan dunia sebagaimana piagam PBB dalam kancah internasional. Pancasila yang telah berlaku sekian lama di Indonesia, maka berlandaskan hal itu, PBNU terus berupaya mencarikan solusi dalam menghadirkan kehidupan yang harmonis yang mengedepankan penghormatan terhadap persamaan hak setiap manusia dengan menawarkan berbagai ide yang dapat didialogkan oleh seluruh pemangku kebijakan di dunia dari berbagai sektor. Gus Yahya Sebut Banyak Negara Besar yang tidak Jalankan Piagam PBB.
Ketua Dewan Ekonomi Nasional Indonesia Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, Nahdlatul Ulama (NU) memiliki potensi besar dalam ikhtiar mengatasi konflik di Timur Tengah. Dia mengetahui bahwa NU telah berperan aktif di berbagai forum global guna menyuarakan perdamaian dunia, mulai dari Konferensi Islam Asia Afrika tahun 1965 hingga kerja sama pada G20 atau Religion Of Twenty (R20). Luhut menyampaikan hal itu saat menjadi keynote speaker pada diskusi Panel bertajuk “Humanitarian Islam dan Pendekatan Agama Terhadap Perdamaian di Timur Tengah” yang digelar di aula gedung PBNU, Kramat, Jakarta, Jumat 22 November 2024. Konflik di Timur Tengah, NU Harus Pimpin Upaya Perdamaian.
Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) mengungkapkan optimismenya tentang kerja sama yang telah terjalin antara PBNU dan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah RI (Mendikdasmen RI) di bawah kepemimpinnan Prof. Abdul Mu’ti (Prof. Abe).
Hal itu disampaikannya saat Abdul Mu’ti mengunjungi gedung PBNU, di Jl. Kramat Raya No. 164, Jakarta Pusat, pada Rabu, (30/10/24). Menurut Gus Yahya kerja sama yang sudah terjalin selama ini akan lebih meningkat dan lebih baik lagi dengan kepemimpinan Prof. Abe.
Prof Abe datang ke PBNU didampingi dua Wakil Menterinya yaitu Fajar Riza Haq dan Atip Latipulhayat yang diterima secara langsung oleh Gus Yahya didampingi Wakil Ketua Umum PBNU KH Amin Said Husni, Ketua PBNU KH Ulil Abshar Abdalla serta dan Ketua Umum PP GP Ansor 2015–2020 H. Yaqut Cholil Qoumas.
Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) meminta kepada segenap jajaran PWNU Sulawesi Selatan yang baru saja dilantik langsung tancap gas seperti Pak Prabowo dalam menjalankan program layanan kepada umat.
Gus Yahya mencontohkan gebrakan Presiden Prabowo Subianto yang memerintahkan para menterinya langsung melakukan kerja-kerja pelayanan kepada masyarakat usai Pak Prabowo membawa retreat para Menteri Kabinet Merah Putih di Akademi Militer (Akmil), Magelang. Menurutnya, banyak kalangan yang tertarik dengan cara Presiden Prabowo yang membawa retreat menteri-menterinya tersebut.
Hal itu disampaikannya saat memberikan arahan dalam kegiatan Pelantikan PWNU Sulawesi Selatan Masa Khidmat 2024-2029 yang digelar di Sandeq Ballroom, Hotel Claro, Jl AP Pettarani, Kota Makassar, pada Senin, pada (28/10/24).
Ketua Umum PBNU KH.Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menegaskan bahwa niat NU ikut membersamai menjalankan program sawit semata-mata hanya ingin membantu pemerintah untuk memastikan sekaligus mempercepat kebijakan pemerintah tepat sasaran dan membawa kemaslahatan bagi rakyat.
Hal itu ditegaskannya saat memberikan amanatnya dalam Kegiatan Rakornas Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama (LPP NU) sekaligus Launching Program Sawit Goes To Pesantren yang dilangsungkan di Hotel Acacia, Jakarta Pusat, pada Jum’at siang, (25/10/24).
Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menjelaskan keragaman dimensi Humanitarian Islam (al-Islam lil Insaniyyah) yang salah satunya adalah untuk bersikap lebih jujur tentang dinamika sejarah keagamaan sekaligus wawasan keagamaan.
Gus Yahya mengungkapkan bahwa umat Islam harus jujur mengakui bahwa dalam ajaran Al-Qur’an ada norma-norma yang memperbolehkan kita untuk berperang dalam konteks tertentu. Tapi sayangnya hal ini kerasp disalah tafsirkan oleh sekelompok golongan dalam praktiknya tanpa memperhatikan konteks dan kondisi saat ini.
Hal itu menjadi satu catatan bahwa dalam dinamika sejarah dan wawasan keagamaan, kita perlu melakukan rekontektualisasi terhadap norma-norma agama yang acapkali disalah gunakan oleh sebagian kelompok itu dengan cara membangun dialog berkelanjutan dalam rangka mencapai perdamaian umat manusia.
Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menjelaskan latar munculnya wacana Humanitarian Islam secara komprehensif melalui pendekatan historis perjalanan (dinamika) peradaban dunia yang terus berubah dari masa ke masa.
Perubahan itu pula kerap diwarnai oleh konflik yang saling menaklukan satu sama lain. Wacana Humanitarian Islam bersumber dari pemikiran genuine para ulama NU yang berkaca pada apa yang telah diperankan oleh Rasulullah Muhammad SAW, yang mengawali konstruksi peradaban di tanah Haram dengan menghargai dan menghormati martabat manusia, hingga akhirnya dikembangkan oleh generasi selanjutnya.
Hal itu disampaikan Gus Yahya di Kegiatan Sosialisasi Konferensi Internasional Humanitarian Islam dan Tantangan Global, yang dilangsungkan di Hotel Permata, Kota Bogor, Jawa Barat, pada Kamis, 24 Oktober 2024.
Kegiatan kali ini berkolaborasi dengan Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama sekaligus sebagai seminar pendahuluan menuju Konferensi Internasional Humanitarian Islam dan Tantangan Global yang rencananya akan digelar di Jakarta pada 5-6 November 2024.
Hadir di kegiatan itu, KH Ulil Abshar Abdalla (Gus Ulil), Dr. Ahmad Suaedy, Ginanjar Sya’ban dan Ai Rahmayanti. Tampak hadir pula, Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama, Prof. Komaruddin Amin beserta jajarannya. Hadir sebagai peserta, jajaran Syuriah dan Tanfidziyah PCNU Kota dan Kabupaten Bogor, serta sejumlah unsur banom-banom NU yang berasal dari Bogor.
Ketua Umum PBNU, KH. Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya memberikan arahan pada Apel Hari Santri di Halaman Gedung PBNU, Jakarta, 22 Oktober 2024. Atas Nama PBNU, Gus Yahya mengintruksikan seluruh santri dan Kader NU menyingsingkan lengan baju untuk mendukung dan bekerja sama dalam membantu pemerintahan Indonesia.