Home Blog Page 4

NU itu Organisasinya Para Ulama, Bukan Organisasi Bisnis

Kemandirian ekonomi menjadi salah satu kampanye yang terus digulirkan oleh hampir seluruh lapisan masyarakat, tak terkecuali di dalam Nahdlatul Ulama. Kendatipun demikian realitasnya, kemandirian ekonomi bukanlah tujuan utama dari NU sebagai organisasi keagamaan yang menjadi jalan penuntun masyarakat dalam menjalankan syariat agama.

Gerakan kemandirian ekonomi yang tengah dijalankan oleh NU saat ini ialah semata-mata sebagai upaya untuk memenuhi seluruh pembiayaan aktivitas NU dalam menggapai tujuan utamanya yaitu mendampingi dan merawat umat agar tetap berada di jalan syariat Islam yang benar.

Maka jikalau pun NU memiliki sejumlah asset atau kekayaan dalam bentuk apapun, hal itu hanyalah sebagai wasilah untuk melanjutkan perjuangan para Muassis dalam mengkhidmatkan diri kepada umat, melindungi kaum yang lemah, membersamai kaum tertindas, memberikan masukan kepada para pemimpin, dan menuntun umat ke jalan yang lurus.

Keluarga dan Pendidikan Jadi Tonggak Utama Membangun Peradaban

Maju atau tidaknya sebuah peradaban ditentukan oleh berbagai faktor kunci dan di antaranya ialah pendidikan dan keluarga. Kedua hal tersebut menurut Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menjadi faktor kunci maju tidaknya sebuah peradaban. Sehingga atas dasar itu NU memposisikan keluarga dan pendidikan sebagai medan khidmat utama sebagaimana yang telah dilakukan oleh para Muassis sejak dulu.

Merawat umat dengan membangun keluarga dan ekosistem pendidikan merata yang bisa dinikmati oleh semua elemen masyarakat menjadi tugas utama NU.

Hal ini disampaikan Gus Yahya dalam Workshop Pra Kongres Pendidikan yang dilangsungkan di Hotel Acacia, (18/1/25).

Akselerasi NU di Tengah Arus Perubahan

Dalam merespon perubahan dan tantangan zaman yang begitu cepat, tentu diperlukan sebuah langkah akselerasi yang efektif dan relevan sebagai jawaban atas sebutuhannya. Perubahan tak mengenal entitas apapun, semua hal turut serta berubah tak terkecuali dalam model pendekatan keagamaan.

Begitulah yang disampaikan Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) saat memberikan sambutan dalam Festival Keluarga Indonesia yang diprakarsai oleh Gerakan Keluarga Maslahat Nahdlatul Ulama (GKMNU), yang berlangsung di Mall Kota Kasablanka, Jakarta Selatan pada, Sabtu, (1/2/25).

Atas dasar itulah, NU sebagai entitas sosial keagamaan yang memiliki medan perkhidmatan dalam merawat dan mengayomi umat memerlukan metode dan cara baru, baik dalam melakukan pendekatannya maupun area khidmatnya. Sehingga kehadiran NU bisa betul-betul dirasakan oleh seluruh lapisan masayarakat tanpa terkecuali.

Kenapa Indonesia Tidak Mendirikan Negara Islam

Suatu ketika, Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) pernah ditanya oleh seorang muslim dari negara lain, kenapa kalangan muslim Indonesia yang populasinya mayoritas tidak mendirikan negara Islam? Gus Yahya menjawab, meski Islam mayoritas di Indonesia, tetapi oleh sebab konsensus nasional ketika itu, maka kita–yang diperkuat dengan kesepakatan para ulama NU, bersepakat untuk memilih negara demokrasi dalam konstruksi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Hal itu disampaikannya, saat menjadi Keynote Speech (Pembicara Kunci) di acara Senior Level Meeting Densus Anti Teror 88, yang berlangsung di Mabes Polri, Jakarta, Rabu, (5/3/25).

Hadir di kesempatan itu, Kapolri Jend.Pol. Listyo Sigit Prabowo, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen. Pol. Eddy Hartono, Kepala Densus Anti Teror 88 Mabes Polri, serta sejumlah jajaran senior di Mabes Polri.

Alasan Kenapa NU Harus Miliki Governing Sistem

Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) meyampaikan alasan tentang pentingnya governing sistem dalam NU. Menurutnya dari dulu, program dan aktifitas yang ada di NU mayoritas merupakan inisiatif individu atau kelompok yang murni sebagai bentuk kecintaan dan khidmat kepada NU, tanpa adanya intruksi organisasi.

Sehingga untuk mengembangkan seluruh inisiatif individu tersebut ke arah lebih baik dan menjanjikan, maka diperlukan satu sistem tata kelola yang koheren, sistem yang terintegrasi antara satu dengan lainnya.

Governing sistem menjadi salah satu cara untuk mengelola seluruh aktifitas NU secara menyeluruh dengan berpacu pada prinsip sinergitas, berkesinambungan, koheren, dan terintegrasi.

Peran Penting Perempuan dalam Tanggung Jawab Khidmat NU

Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) mengatakan para kiai-kiai NU sadar bahwa dalam melaksanakan tanggung jawab khidmatnya di NU dalam merawat umat, tidak mungkin dilakukan tanpa adanya peran para perempuan (red; Nyai) dalam perjalannya.

Keterlibatan peran-peran penting perempuan (red; Nyai) dalam seluruh aktifitas NU telah berlangsung sejak dulu, sebelum organisasi yang menaungi perempuan NU seperti Muslimat dan Fatayat NU didirikan.

Bedanya Orang NU dan Orang yang Hanya Ikut NU

Menurut data yang dihimpun dari sejumlah lembaga survey yang melakukan penenlitian pada tahun 2024 mengatakan bahwa jumlah pengikut NU berada pada kisaran 56,9% dari total masyarakat Indonesia. Artinya jika merujuk pada hasil survey tersebut, maka jumlah pengikut NU tidak kurang dari 150 juta jiwa. Secara kuantitatif tentu ini merupakan capaian yang sangat fantastis, mengingat jumlah tersebut hampir 50 kali lipat penduduk Singapura.

Namun benarkah 150 juta orang itu benar merupakan orang NU atau hanya orang-orang yang hanya ikut atau bahkan hanya “mengaku-ngaku” NU saja karena ingin dianggap sebagai mayoritas, padahal dia tidak tahu apa artinya ber-NU.

Berdasarkan fakta tersebut, Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) meminta kepada orang-orang yang sudah NU atau yang menjadi pengurus NU, agar menjadikan orang-orang yang hanya “ngaku” NU menjadi orang NU beneran.

Gus Yahya juga menjelaskan apa yang menjadi pembeda dari kedunya, karena terdapat perdedaan sifat yang melekat antara orang NU dan orang yang hanya ikut NU.

Soal Keterlibatan NU di Danantara, Gus Yahya Akui Belum Dapatkan Info Lebih Lanjut

Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya menekankan pentingnya keterlibatan publik dalam setiap kebijakan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara atau Danantara Indonesia.

Hal itu disampaikan kepada TVNU saat ditemui di gedung PBNU, pada Senin 24 Februari 2025. Gus Yahya mengajak masyarakat agar memberikan kesempatan kepada Presiden Prabowo untuk mengelola Danantara ini dengan sebaik-baiknya, sambil melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap hal-hal yang dianggap belum optimal.

Terkait wacana keterlibatan NU sebagai pengawas di Danantara, Gus Yahya mengaku belum mendapatkan informasi yang komprehensif terkait hal tersebut.

Alasan Kenapa Banyak Orang Mengaku NU

Perjalanan NU sebagai organisasi terus mengalami perkembangan dari masa ke masa, mulai dari jumlah pengikut, latar belakang pengikut, hingga gagasan yang lahir dari organisasi ini. Dalam hal jumlah pengikut NU terus menunjukan perkembangan yang signifikan. Sejumlah lembaga survey telah merilis hasil penelitian pada tahun 2024 yang menyatakan bahwa jumlah pengikut NU ialah berkisar 56,9% dari jumlah penduduk Indonesia atau kurang lebih adalah 150 juta jiwa.

Dari jumlah tersebut ternyata memiliki latar belakang yang sangat beragam. Yang semula NU diikuti oleh kalangan “agamawan” atau kalangan “santri” dan “pesantren”, kini NU diikuti oleh masyarakat dengan latar belakang yang beragam seperti akademisi, pengusaha, politisi, birokrat, engineer, dan lain sebagainya.

Salah satu faktor dan sebab kenapa begitu banyak orang yang mulai mengikuti dan mengaku NU dikarenkan NU merupakan organisasi yang berkah dan membawa keberkahan. Sehingga banyak masyarakat yang menaruh husnudzon dan itu selalu dijaga oleh para kiai yang senantiasa mendidik dan merawat umat secara konsisten.

Hal itu sebagaimana disampaikan Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) saat memberikan Mauidhoh Hasanah dalam acara Haflah Akhirussanah ke-124 Ponpes Al Fatah Banjarnegara, pada Minggu malam (23/2/25).

Keunggulan Ulama NU yang Tidak Dimiliki Ulama Besar di Negara Lain

Paradigma masyarakat yang menganggap bahwa ulama atau kiai di Indonesia dianggap “kurang alim” dibanding ulama Timur Tengah misalnya, merupakan sebuah pandangan yang tidak sepenuhnya benar. Banyak ulama dan kiai kita yang karyanya hingga sekarang menjadi rujukan dunia internasional, baik dalam pendidikan formal maupun non formal.

Sehubungan dengan itu, Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menjelaskan salah satu alasan paradigma itu lahir dikarenkan sejak dulu peran para ulama NU selain berkhidmat terhadap ilmu, juga mempunyai peran lain yaitu Ri’ayatul Ummah (mengayomi umat), yang mana peran-peran tersebut tidak dimiliki oleh ulama-ulama besar di negara lain pada umumnya.

Hal itu dijelaskannya saat memberikan arahan beberapa waktu lalu dalam kegiatan Sosialisasi Gerakan Keluarga Maslahat Nahdlatul Ulama (GKMNU) yang digelar di Hotel Karebosi Premier, Makassar, Sulawesi Selatan, pada Kamis, (5/12/24).

96,577FansLike
99,327FollowersFollow
44,800FollowersFollow
620,000SubscribersSubscribe