Home Blog Page 3

Peran Penting Perempuan dalam Tanggung Jawab Khidmat NU

Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) mengatakan para kiai-kiai NU sadar bahwa dalam melaksanakan tanggung jawab khidmatnya di NU dalam merawat umat, tidak mungkin dilakukan tanpa adanya peran para perempuan (red; Nyai) dalam perjalannya.

Keterlibatan peran-peran penting perempuan (red; Nyai) dalam seluruh aktifitas NU telah berlangsung sejak dulu, sebelum organisasi yang menaungi perempuan NU seperti Muslimat dan Fatayat NU didirikan.

Bedanya Orang NU dan Orang yang Hanya Ikut NU

Menurut data yang dihimpun dari sejumlah lembaga survey yang melakukan penenlitian pada tahun 2024 mengatakan bahwa jumlah pengikut NU berada pada kisaran 56,9% dari total masyarakat Indonesia. Artinya jika merujuk pada hasil survey tersebut, maka jumlah pengikut NU tidak kurang dari 150 juta jiwa. Secara kuantitatif tentu ini merupakan capaian yang sangat fantastis, mengingat jumlah tersebut hampir 50 kali lipat penduduk Singapura.

Namun benarkah 150 juta orang itu benar merupakan orang NU atau hanya orang-orang yang hanya ikut atau bahkan hanya “mengaku-ngaku” NU saja karena ingin dianggap sebagai mayoritas, padahal dia tidak tahu apa artinya ber-NU.

Berdasarkan fakta tersebut, Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) meminta kepada orang-orang yang sudah NU atau yang menjadi pengurus NU, agar menjadikan orang-orang yang hanya “ngaku” NU menjadi orang NU beneran.

Gus Yahya juga menjelaskan apa yang menjadi pembeda dari kedunya, karena terdapat perdedaan sifat yang melekat antara orang NU dan orang yang hanya ikut NU.

Soal Keterlibatan NU di Danantara, Gus Yahya Akui Belum Dapatkan Info Lebih Lanjut

Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya menekankan pentingnya keterlibatan publik dalam setiap kebijakan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara atau Danantara Indonesia.

Hal itu disampaikan kepada TVNU saat ditemui di gedung PBNU, pada Senin 24 Februari 2025. Gus Yahya mengajak masyarakat agar memberikan kesempatan kepada Presiden Prabowo untuk mengelola Danantara ini dengan sebaik-baiknya, sambil melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap hal-hal yang dianggap belum optimal.

Terkait wacana keterlibatan NU sebagai pengawas di Danantara, Gus Yahya mengaku belum mendapatkan informasi yang komprehensif terkait hal tersebut.

Alasan Kenapa Banyak Orang Mengaku NU

Perjalanan NU sebagai organisasi terus mengalami perkembangan dari masa ke masa, mulai dari jumlah pengikut, latar belakang pengikut, hingga gagasan yang lahir dari organisasi ini. Dalam hal jumlah pengikut NU terus menunjukan perkembangan yang signifikan. Sejumlah lembaga survey telah merilis hasil penelitian pada tahun 2024 yang menyatakan bahwa jumlah pengikut NU ialah berkisar 56,9% dari jumlah penduduk Indonesia atau kurang lebih adalah 150 juta jiwa.

Dari jumlah tersebut ternyata memiliki latar belakang yang sangat beragam. Yang semula NU diikuti oleh kalangan “agamawan” atau kalangan “santri” dan “pesantren”, kini NU diikuti oleh masyarakat dengan latar belakang yang beragam seperti akademisi, pengusaha, politisi, birokrat, engineer, dan lain sebagainya.

Salah satu faktor dan sebab kenapa begitu banyak orang yang mulai mengikuti dan mengaku NU dikarenkan NU merupakan organisasi yang berkah dan membawa keberkahan. Sehingga banyak masyarakat yang menaruh husnudzon dan itu selalu dijaga oleh para kiai yang senantiasa mendidik dan merawat umat secara konsisten.

Hal itu sebagaimana disampaikan Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) saat memberikan Mauidhoh Hasanah dalam acara Haflah Akhirussanah ke-124 Ponpes Al Fatah Banjarnegara, pada Minggu malam (23/2/25).

Keunggulan Ulama NU yang Tidak Dimiliki Ulama Besar di Negara Lain

Paradigma masyarakat yang menganggap bahwa ulama atau kiai di Indonesia dianggap “kurang alim” dibanding ulama Timur Tengah misalnya, merupakan sebuah pandangan yang tidak sepenuhnya benar. Banyak ulama dan kiai kita yang karyanya hingga sekarang menjadi rujukan dunia internasional, baik dalam pendidikan formal maupun non formal.

Sehubungan dengan itu, Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menjelaskan salah satu alasan paradigma itu lahir dikarenkan sejak dulu peran para ulama NU selain berkhidmat terhadap ilmu, juga mempunyai peran lain yaitu Ri’ayatul Ummah (mengayomi umat), yang mana peran-peran tersebut tidak dimiliki oleh ulama-ulama besar di negara lain pada umumnya.

Hal itu dijelaskannya saat memberikan arahan beberapa waktu lalu dalam kegiatan Sosialisasi Gerakan Keluarga Maslahat Nahdlatul Ulama (GKMNU) yang digelar di Hotel Karebosi Premier, Makassar, Sulawesi Selatan, pada Kamis, (5/12/24).

Strategi Jitu NU Hadapi Tantangan Zaman Mutakhir

Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menekankan pentingnya konstruksi berfikir (nalar) Nahdlatul Ulama (NU) untuk melalui abad keduanya, sekaligus dalam rangka merespon tantangan kontemporer. Hal itu disampaikannya, saat memberikan arahan dalam Sidang Pleno I, Kongres ke-XVIII Muslimat NU yang dilangsungkan di Asrama Haji Sukalilo, Surabaya pada 11-16 Februari 2025.

Lebih lanjut, Gus Yahya menegaskan bahwa saat ini diperlukan tiga nalar NU yaitu, pertama, nalar hakikat yaitu tentang esensi didirikannya NU yang tersambung dengan nalar kedua tentang tujuannya berdirinya NU (berikut peran maupun perjalanannya, red) serta terakhir nalar demografi.

Terkait nalar demografi, Gus Yahya menjelaskan, bahwa untuk mengelola kapasitas NU secara jami’iyah yang potensinya teramat besar, diperlukan pendekatan tehnokratik. Hal itu tidak lain, untuk memperluas jangkauan kemaslahatan, tidak hanya bagi warga NU semata, tetapi juga untuk seluruh masyarakat dunia.

Turut hadir di kesempatan itu, Bendahara Umum PBNU Gus Gudfan Arif, Ketua PBNU KH Miftah Faqih, Ketua Umum PP Muslimat NU masa khidmat 2020-2025 Khofifah Indar Parawansa, Sekum PP Muslimat NU Arifatul Choiri Fauzi, Ketua PP Muslimat NU Yenny Wahid. Kongres itu juga dihadiri oleh 38 PW Muslimat NU dari seluruh Indonesia, sejumlah PC Muslimat NU dan PCI Muslimat NU dari sejumlah negara.

Gus Yahya Jelaskan Bahaya Komunitas Keagamaan Bila Dibiarkan Jadi Identitas Politik

Ketua Umum PBNU KH. Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menegaskan bahayanya sebuah komunitas keagamaan jika didorong dan dikonsolidasikan menjadi entitas politik untuk berebut kekuasaan. Hal itu disampaikannya saat memberikan sambutan dalam acara Sarasehan Ulama dengan tajuk “Asta Cita dalam Pandangan Ulama NU” yang dilangsungkan di Hotel Sultan, Jakarta, pada Selasa, (4/2/25).

Gus Yahya mencontohkan beberapa negara wilayah dan negara yang telah melakukan hal tersebut dan berakhir dalam kondisi yang tidak baik-baik saja.

Gus Yahya Ingin Pengurus NU Paham Tugas dan Tujuannya

Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menegaskan bahwa NU telah mewarisi khidmah raksasa secara turun-temurun dari para Muassis. Sehingga diperlukan sebuah kerangka operasional yang efektif agar area perkhidmatan NU bisa benar-benar dirasakan oleh umat. Hal itu disampaikannya saat memberikan arahan dalam Pelantikan PWNU Bengkulu, yang digelar di Asrama Haji Kota Bengkulu, pada Sabtu, (8/2/25).

Di depan para pengurus PWNU Bengkulu, Gus Yahya Kembali menegaskan bahwa konsolidasi dan koherensi organisasi merupakan komponen terpenting untuk mencapai hasil yang optimal dari khidmat yang dilakukan oleh NU. Sehingga PBNU di dawah kepemimpinannya akan berfokus dalam penataan manajemen dan tata Kelola organisasi yang terintegrasi antar satu struktur dengan struktur lainnya.

Di Hadapan Prabowo, Gus Yahya: NU Siap Mendukung Program Pemerintah

Ketua Umum PBNU KH. Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) mengatakan bahwa Nahdlatul Ulama siap mendukung seluruh agenda-agenda pemerintah. Hal itu disampaikan Gus Yahya saat memberi sambutan di Resepsi Harlah 102 NU yang dilangsungkan di Istora Senayan, Jakarta, pada Rabu malam (5/2/25).

Sikap tersebut diambil sebagai komitmen NU dalam mengawal seluruh agenda pemerintah agar kemaslahatan dari kegiatan pemerintah bisa sungguh-sungguh dirasakan oleh masyarakat secara luas.

Dalam kesempatan itu juga Gus Yahya menegaskan bahwa NU terus berupaya melakukan konsolidasi internal serta mengembangkan layanan khidmat kepada umat dengan menggalang sejumlah program strategis yang bisa dirasakan manfaatnya oleh umat.

Governing Sistem NU, Kaderisasi dan Digitalisai Jadi Fokus Utama PBNU Saat Ini

Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) mengatakan dalam kepengurusannya, PBNU akan berfokus setidaknya dalam governing sistem NU, kaderisasi dan digitalisai. Hal itu disampaikannya dalam acara Penutupan Munas Alim Ulama dan Konbes NU yang dilangsungkan di Hotel Sultan, Jakarta, pada Kamis malam, (6/2/25).

Gus Yahya menegaskan bahwa Governing Sistem di NU menjadi hal paling penting, mengingat NU merupakan organisasi yang memiliki struktur dari tingkat pusat hingga desa. Sehingga aktifitas dan gerakan yang dilakukan oleh masing-masing tingkatan harus dilakukan secara koheren dan terintegrasi satu sama lain.

247,081FansLike
98,044FollowersFollow
44,600FollowersFollow
617,000SubscribersSubscribe