Home Blog Page 10

Kalau Ingin Beragama dengan Benar, Ikut Nahdlatul Ulama

Pengembangan wawasan dan transformasi internal organisasi Nahdlatul Ulama telah dirintis sejak era kepemimpinan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Sehingga pada era tersebut sudah banyak model dan mekanisme kelembagaan yang baru yang perlu disempurnakan saat ini.

Saat ini NU memiliki kapasitas yang cukup untuk memperluas wawasan yang dibutuhkan tidak hanya dikalangan Nahdliyin saja, melainkan untuk diperkenalkan kepada masyarakat global.

Hal itu disampaikan Gus Yahya saat menjadi pembicara kunci dalam Halaqah Nasional Strategi Peradaban Nahdlatul Ulama, di Pesantren Al Munawir, Krapyak Yogyakarta, pada Senin (29/1/24).

Gus Yahya melanjutkan, jika saat ini yang mendominasi peradaban dunia adalah barat, karena memang cara pandang dari dunia barat sangatlah dominan. Maka tugas kita untuk membangun peradaban ialah dengan mensinergiskan antara idelaisme keagamaan dan idelaisme sosial politik.

NU yang memiliki idealisme keagamaan khas Ahlus Sunah wal Jama’ah dengan kerangka operasional yang sangat lugas dan jelas sangatlah sinergi dengan idealisme politik Indonesia yang dirumuskan oleh para pendiri bangsa yang tertuang dalam Pancasila dan UUD 1945. Peradaban yang dicita-citakan oleh para pendiri bangsa Indonesia adalah peradaban yang berprikemanusiaan dan prikeadilan.

Dengan visi peradaban yang sedemikain besar, maka NU harus menjadi komponen yang menjalankan misi peradaban tersebut dengan idealisme keagamaan yang dimilikinya dengan membangun satu otoritas keagamaan yang kokoh.

Gus Ketum: NU Tengah Dihadapkan dengan Tantangan Luar Biasa

Saat pembukaan Konferensi Besar dan Halaqah Nasional NU 2024 yang diselenggarakan di Ponpoes Al-Munawir Krapyak, pada Senin (29/1/24), Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menyampaikan bahwa NU didirikan oleh para Muassis dengan visi membangun Hukumah Diniyyah. Yaitu sebagai Hakim yang bisa mempersatukan perbedaan apapun di tengah-tengah masyarakat dalam kerangka Ahlus Sunah wal Jama’ah. NU didirikan tidak hanya sebagai wahana bimbingan keagamaan bagi masyarakat, karena hal itu sudah menjadi tradisi yang dilakukan para ulama jauh sebelum NU didirikan.

Gus Yahya meyakini NU didirkan oleh para Muassis di tengah dinamika menuju perubahan peradaban yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat global, yaitu koherensi di antara para pemangku keagamaan dalam memberikan bimbingan kepada umat.

Saat ini NU tengah dihadapkan dengan situasi dan dinamika yang penuh dengan tantangan, baik dalam skala domestik maupun internasional. Dalam skala domestik kita dihadapkan dengan pertarungan antar kepentingan kelompok yang dianggap menganggu kepentingan bangsa ini. Sementara di kancah internasional, kita juga dihadapkan dengan dinamika luar biasa yang apabila tidak ditemukan solusinya akan berdampak pada kedaulatan bangsa-bangsa dan peradaban manusia.

Seluruh Keputusan NU Didasarkan pada Pertimbangan Agama

Sebagai organisasi keagamaan yang berhaluan Ahlus Sunnah wal Jama’ah serta didirikan oleh para ulama ternama Indonesia, Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) memastikan bahwa tidak ada stupun keputusan yang diambil oleh NU kecuali berdasarkan pertimbangan syariat (agama). Mengingat NU memiliki peran dan tanggung jawab raksasa sebagai kompas moral kehidupan berbangsa dan beragama bagi masyarakat luas.

Hal itu disampaikan Gus Yahya saat menyampaikan sambutan dalam Istigotsah Harlah 101 tahun NU yang dilangsungkan di Pesantren Sunan Pandanaran, Yogyakarta, pada Minggu (28/1/24).

Gus Yahya menegaskan, kendatipun dirinya dimandatkan sebagai Ketua Umum PBNU, ia beserta seluruh jajaran pengurus Tanfidziyah PBNU lainnya hanyalah pelaksana atas seluruh kebijakan Syuriah yang dipimpin oleh Rais ‘Aam. Sebagaimana kita ketahui bahwa Syuriah merupakan struktur organisasi Nahdlatul Ulama yang diisi oleh para ulama dan kiai khos yang sangat alim.

Gus Yahya: Perempuan Kuat, Indonesia Berdaulat

Dalam rangka mewujudkan negara yang kuat, diperlukan peran perempuan dan ibu yang sangat kuat. Karena seyogyanya “An-Nisa Imadul Bilad” (perempuan adalah tiangnya negara). Hal itulah yang menjadi pandangan Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) saat memberikan arahan dalam Harlah ke-78 Muslimat NU di Gelora Bung Karno, Jakarta Pusat, pada Sabtu (20/1/24).

Gus Yahya sangat kagum melihat pemandangan para Bu Nyai yang telah sukarela mendidik dan mendampingi tumbuh kembang para santri, namun dalam perhelatan tersebut beliau-beliau tidak segan untuk duduk setara bersama dengan ribuan jamaah Muslimat NU lainnya. Hal itu dilakukan oleh para Bu Nyai sebagai teladan kepada seluruh masyarakat bahwa status kita semua adalah setara.

Kesertaraan itulah yang menjadi spirit dan energi utama para kader Muslimat dalam membangun Nahdlatul Ulama dan Indonesia menuju negara yang kuat dan berdaulat.

Lepas Penerima Beasiswa ke Jerman, Gus Yahya: Kalian Harus Ajari Mereka Tentang Agama

Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) mengatakan pemberian program Beasiswa Pengembangan Wawasan Moderasi Beragama ke Jerman yang diikuti oleh para Gus dan Ning merupakan investasi strategis yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia melalui Kementerian Agama RI dan LPDP. Hal itu disampaikannya saat melepas para peserta program beasiswa tersebut, di Jakarta, pada Jum’at (19/1/24).

Dalam kesempatan tersebut, Gus Yahya menilai bahwa para Gus dan Ning yang diberangkatkan telah memiliki kapasitas yang mumpuni untuk mengembangkan wawasan moderasi beragama di Negara Pemikir tersebut. Kendatipun dikenal sebagai negara yang banyak melahirkan beragam gagasan dan pemikiran dalam khazanah intelekutual, namun menurut Gus Yahya orang-orang Jerman tidak memiliki kapasitas dan wawasan yang cukup untuk bicara moderasi beragama.

Mantan Juru Bicara Presiden Gus Dur itu juga menyebutkan, bahwa Jerman pada dasarnya merupakan negara agama (kristen) walaupun tidak diakui oleh masyarakat di sana. Menurutnya hal itu dibuktikan dengan adanya pungutan pajak agama bagi yang bersedia dimintai pajak oleh orang-orang kristen. Kemudian pajak tersebut oleh pemerintah Jerman disalurkan ke Greja-greja.

Gus Yahya Non Aktifkan Pengurus yang jadi Timses

Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menegaskan akan menonaktifkan seluruh jajaran pengurus NU yang terlibat menjadi kontestan maupun terdaftar secara resmi sebagai tim sukses pada Pemilu dan Pilpres 2024. Hal itu disampaikannya kepada awak media sela-sela jumpa pers bersama Kemenkominfo RI, di Plaza PBNU, Jl. Kramat Raya No. 164, Jakarta Pusat, pada Kamis (18/1/24).

Perkuat Kerja Sama, Menkominfo Sowan ke Gus Yahya

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kemenkominfo RI) menggelar pertemuan pada Kamis (18/1/24). Pertemuan tersebut dalam rangka memantapkan sejumlah kerja sama yang sudah terbangun antara kedua institusi tersebut.

Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) mengatakan, di antara kerja sama tersebut ialah menjalankan agenda edukasi digital untuk masyarakat, edukasi untuk ekonomi digital yang akan melibatkan UMKM, kerja sama untuk beasiswa pendidikan digital baik degree maupun non degree, serta dukungan Kemenkominfo terhadap agenda tranformasi Digital yang tengah dikerjakan oleh PBNU.

Sementara itu, Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi dalam statmennya menegaskan bahwa Indonesia Digital hanya akan terwujud jika NU sudah digital. Budi Ari melanjutkan, bahwa digitalisasi ini bertujuan agar masyarakat Indonesia lebih produktif dan kesejahteraan mayarakat meningkat.

Dukungan Gus Yahya untuk Pembangunan IKN

Dengan letak geografis yang begitu luas, tidak mungkin negara kita bisa mengelola pertahanan yang kuat kecuali dengan membangun sistem yang terpusat sebagaimana yang dilakukan oleh negara-negara besar di dunia.

Untuk membangun sistem pertahanan yang terpusat, maka mau tidak mau negara kita harus membangun infrastruktur pertahanan raksasa yang lokasinya tidak jauh dengan lokasi ibu kota negara, dengan alasan kendali terkontrol oleh kepala negara.

Alasan inilah yang mendasari Ketua Umum PBNU Kah Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) mendukung berdirinya Ibu kota Negara (IKN) baru di Penajem Paser, Kalimantan Timur. Bukan tanpa dasar, dukungan tersebut dilandasi oleh fakta bahwa Jakarta bahkan Pulau Jawa sudah tidak lagi memiliki lokasi strategis untuk dibangun pusat pertahanan nasional layaknya Pentagon milik Amerika.

Pasca Runtuhnya Turki Utsmani, NU Lahir untuk Membangun Peradaban Baru

KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menegaskan bahwa Nahdatul Ulama didirikan sebagai rintisan untuk membangun peradaban baru. Ia dengan lantang menolak tesis tunggal yang mengatakan bahwa NU didirikan sebagai tanggapan atas menangnya kelompok Wahabi di Hijaz. Namun demikian, Gus Yahya tidak mengingkari bahwa salah satu sebab lahirnya NU memiliki kaitan dengan dominasi Wahabi di tanah Hijaz.

Dirinya menegaskan NU didirikan dengan visi yang jauh lebih besar yaitu visi untuk membangun peradaban dengan kepemimpinan dari para ulama Ahlussunah wal Jama’ah. Visi inilah yang selama ratusan tahun hilang dan tidak muncul lagi dalam sejarah dunia Islam. Visi tersebut baru kemudian muncul dan dimulai di Indonesia dengan lahirnya NU, karena NU ini lahir setelah runtuhnya konstruksi peradaban Islam yang lama, yaitu Turki Utsmani dengan yang runtuh pada saat perang dunia pertama.

Momen Gus Yahya Jabarkan Bobroknya PBB

Perserikatan Bangsa-Bansa (PBB) dibentuk sebagai institusi yang mampu menjadi perekat dan juru damai bagi dunia internasional. Mengingat sebelum dibentuknya PBB, perdaban umat manusia masih diukur bedasarkan kekuatan antar negara. Sehingga pasca perang dunia ke-2, PBB secara resmi didirikan dan diangkat 5 negara adidaya pemenang perang dunia ke-2 sebagai Dewan Keamana Tetap.

Namun faktanya, alih-alih menjadi juru damai kehidupan antar negara, PBB sering kali dijadikan alat oleh negara-negara adikuasa untuk mengendalikan negara-negara kecil dengan kekuatannya.

Hal itu disampaikan Ketua Umum PBNU KH. Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) saat menjadi narasumber Halaqah Fikih Peradaban dengan tema “Ijtihad Ulama Nahdlatul Ulama dalam Bidang Sosial-Politik”. Kegiatan yang dihadiri sejumlah tokoh dan pemikir NU dari berbagai kalangan digelar Ponpes Liroyo, Kediri, Jawa Timur, pada Kamis (28/12/23).

Kondisi PBB yang melatar belakangi Ketua Umum PBNU KH. Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menggagas serial Halaqah Fikih Peradaban di ratusan pesantren yang ada di Indonesia. Halaqah Fikih Peradaban menjadi ajang dalam menggali wacana Fikih modern untuk ditawarkan kepada dunia internasional bahwa agama adalah sumber perdamaian.

247,067FansLike
98,089FollowersFollow
44,600FollowersFollow
617,000SubscribersSubscribe